Rabu, 27 Februari 2013

Entering the whole world of Paedagogi



Bagi saya mata kuliah ini sangat sangat canggih dan gahol. Pertemuan pertama saja sudah dimulai dengan ice breaking lempar-lemparan bola sambil menyebutkan alasan mengambil mata kuliah ini. Saya rasa semua berkata jujur, memang awalnya sih tidak tapi lama-kelamaan semua mengatakan ingin dapat nilai bagus hehe :D. Itu belum apa-apa, setelah itu kami memilih komting dan meresmikan grup Paedagogi di  facebook. Kenapa dikatakan canggih, ya karena sarana dan prasarana yang digunakan sesuai dengan perkembangan jaman sehingga menuntut mahasiswa untuk mengupdate kembali kemampuan di bidang canggihnya jaman, hemm ;) Saya harap perkuliahan selanjutnya juga dilaksanakan dengan metode yang unik dan kece, Thankyou our dearest teacher Ibu Dina :)

Thankyou Mr.Juli, you made math much easier than ever ;)



Juli Eko Sarwono, Guru Matematika Unik Dengan Segudang Penghargaan
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhoORa3cAXQhjdfw2c9ckomlFAx6pYx6jIdjt_f3ak_21b-UwxY6henPU9eaSjAUoCHx-Gg2jdb2qfbZ7S2WC0xvWKFx7BNRCIkP7cTFbORgfXuInPWRRAT8oLZrF3qc6FYlf8Ged0eViQ/s1600/Pak+Eko+-+Jelangkung.JPGRaut ceria selalu tampak pada wajah Juli Eko Sarwono (49), guru matematika SMP Negeri 19 Kabupaten Purworejo. Dengan sabar, ia berpindah dari meja kelompok satu ke kelompok lainnya. Sembari melempar dadu terbuat dari kertas, ia dengan sabar meminta muridnya melakukan uji statistik peluang munculnya angka. Dimeja lain, ia meminta murid perempuannya mempresentasikan rumus volume kerucut dengan caping kertas bekas sebagai modelnya. 
Biasanya, pelajaran matematika merupakan momok bagi pelajar. Hingga sekarang, mungkin masih ada sebagian pelajar yang masih merasa dipusingkan dengan angka dan rumus. Bergelut dengan kalkulator hingga sempoa, serta menghitung berbagai fungsi dan persamaan.
Namun tidak bagi kelas yang diampu Juli Eko Sarwono. Wajah riang, penuh semangat dan serasa tanpa beban tampak pada raut murid-muridnya. “Saya mencoba membuat matematika menjadi menyenangkan, jika murid sudah suka, transfer ilmu akan mudah,” ujarnya kepada KRjogja.com, sekolahnya, Selasa (31/1).
Model yang digunakan Juli sebenarnya sederhana. Ia mencoba merubah paradigma pelajaran matematika yang tidak lepas dari angka dengan memasukkan alat peraga. “Saya menyebut cara ini metode kontekstual, apa adanya,” paparnya. Lanjutnya, metode tersebut terbilang jitu untuk diterapkan pada anak usia SMP. Lanjutnya, pelajar mampu mengimajinasikan rumus-rumus yang ada dalam buku dengan menerapkan langsung pada berbagai alat peraga.
Sebelum menerapkan metode tersebut, ia mengaku otoriter dalam mengajar. Selain itu, semua harus kaku diterapkan berdasarkan buku pelajaran yang digunakan. Namun, jelang kenaikan kelas, murid mengecap Juli sebagai guru galak dan mereka merasa tidak nyaman selama belajar. “Target nilai matematika terpenuhi, disisi lain,  murid menganggap saya galak, mereka jadi tidak nyaman. Itu yang membuat saya berpikir untuk merubah cara mengajar siswa,” katanya.
Bahkan, guru yang hanya lulusan Pendidikan Guru Sekolah Lanjutan Pertama (PGSLP) tahun 1986 itu mengaku kerap memasukkan sepeda motornya ke dalam kelas sebagai media belajar siswa. Sepeda motor itu, ia jadikan contoh ketika Juli mengajarkan tentang lingkaran dan benda tabung. “Mereka praktik sendiri, mengukur sepeda motor saya, dan akhirnya menerapkan rumus matematika untuk menghitung,” ucapnya.
Mengajar dengan cara seperti Juli bukan tanpa tantangan. Saat mengawali metode itu beberapa tahun silam, rekan sekerja melayangkan protes. Setiap kali usai mengajarkan matematika, ia meminta murid menempelkan hasil perhitungan berbagai rumus di tembok kelas. Selain itu, alat peraga juga dianggap bikin sumpek dan mengotori ruang kelas. Ia juga pernah dianggap sebagai guru ‘edan’ lantaran cara mengajar yang dinilai aneh.
Namun, setelah metodenya berhasil mencetak nilai bagus dan kenyamanan dalam belajar, ia justru didukung teman sekerjanya. Bahkan, sekolah meminjaminya satu kelas khusus untuk laboratorium matematika. “Kelas ini khusus matematika, jadi seperti laboratorium namun sederhana. Setiap pelajaran matematika untuk kelas sembilan, diajarkan di kelas khusus ini,” paparnya.
Keberhasilan cara mengajar Juli juga membuatnya menjadi pembicara pada sejumlah seminar nasional bertema pendidikan di sejumlah tempat dan stasiun televisi. Ia tidak mempersoalkan dirinya tidak pernah lulus sebagai sarjana. Ia juga mengaku tidak masalah jika belum lolos uji sertifikasi. Juli merasa cukup dengan penghasilannya sebagai guru dan berwiraswasta. Sepulang mengajar di SMP 19 Purworejo, ia berjualan bakso keliling di lingkungan rumahnya di Desa Jogonegoro Kecamatan Mertoyudan Kabupaten Magelang. “Lumayan, dapat tambahan penghasilan sedikitnya Rp 70 ribu setiap hari,” ujarnya.
Dicap ‘edan’ ternyata tidak membuat Juli Eko Sarwono minder. Justru hal itu makin terlecut semangatnya untuk terus maju menjadi yang terbaik. Bahkan, karena kiprahnya, Juli mendapat penghargaan sebagai ‘Good Practices’ di bidang pendidikan oleh lembaga donatur asing Decentralized Basic Education 3 (DBE 3) – USAID.
Kepala SMPN 19 Purworejo Daryanto SPd menambahkan, sekolah mendukung metode pembelajaran yang diterapkan Juli Eko Sarwono karena terbukti bisa mengangkat nilai siswa. Nilai rata-rata sudah naik dari 5,4 menjadi lebih dari 7,5 untuk mata pelajaran matematika. “Kami dukung penuh, selain kebijakan juga dengan membangun laboratorium khusus matematika,” ungkapnya.

Senin, 25 Februari 2013

ANTARA PAEDAGOGI DAN GURU SAYA


1 . Defenisi Paedagogi
Pedagogic berasal dari kata Yunani ‘paedos’, yang berarti anak laki-laki dan ‘agogos’ artinya mengantar, membimbing. Secara harfiah pedagogi dapat diartikan sebagai pembantu anak laki-laki pada jaman Yunani kuno, yang pekerjaannya mengantarkan anak majikannya ke sekolah. Kemudian secara kiasan pedagogic adalah seorang ahli, yang membimbing anak kearah tujuan hidup tertentu (http://disenjahari.blogspot.com/2012/03/konsep-dasar-pedagogik.html). Secara singkat, dapat dikatakan bahwa paedagogi merupakan ilmu dan seni mengajar anak (http://carapedia.com/pengertian_definisi_pendidiakan_menurut_para_ahli_info405.html).Paedagogi merupakan ilmu pengetahuan dan seni pendidikan. Paedagogi bertujuan untuk mengakuisisi keterampilan manusia (http://en.wikipedia.org/wiki/Pedagogy).
Paedagogi melibatkan kajian mengenai proses pengajaran dan pembelajaran, pengurusan kelas, organisasi sekolah dan juga interaksi antara guru dan pelajar (http://pomizipedagogy.wordpress.com/about/pengertian-pedagogi/).

A. Mempelajari dan mentransformasikan
Paedagogi sebagai seni mengajar, dimana terdapat proses mentransformasikan materi ajar kepada peserta didik, baik secara individual maupun kelompok menggunakan media tertentu. Pembelajaran merupakan aktivitas membantu peserta didik untuk mendapatkan pengetahuan, dimana terdapat interaksi antara pengajar dan peserta didik.
B.    Hubungan pikiran
Proses pembelajaran yang terjadi tidak lepas dari adanya kerjasama antara pengajar dan peserta didik, terdapat proses pemberian bahkan mungkin pertukaran informasi antara pengajar dan peserta didik. Pengetahuan yang diberikan pengajar kepada peserta didik berguna untuk pengembangan pikirannya.
Pengajar juga tidak boleh membeda-bedakan antara siswa yang berperilaku baik atau kurang baik. Pengajar harus mengenal gaya belajar peserta didik dan menghargai hal tersebut. Pengajar juga dituntut untuk dapat memilih metode pengajaran yang tepat , agar proses transformasi berjalan sesuai yang diharapkan
C.    Seni, ilmu dan profesi
Mengajar merupakan aktivitas professional yang didalamnya terdapat gabungan antara dimensi ilmu dan seni. Hal ini terbukti dari bagaimana keadaan sebenarnya pada saat mengajar. Materi ajar yang diberikan merupakan ilmu pengetahuan, namun bagaimana materi itu disampaikan merupakan seni yang turut menentukan apakah ilmu pengetahuan tersebut berhasil dimengerti atau tidak.
D.   Pengajar yang cerdas
Proses mengajar membutuhkan pengajar yang cerdas. Hal ini berarti pengajar yang cerdas memiliki tiga karakteristik yaitu keterpelajaran, integritas, dan kemampuan berkomunikasi.
Keterpelajaran berarti mematuhi azas dan etika yang ada, serta dapat menginspirasi peserta didik melalui cara berpikir yang terbuka terhadap perubahan positif.
Integritas merupakan sikap jujur dan berterusterang, memberikan contoh yang baik, percaya akan kemampuan untuk dapat mengendalikan peserta didik serta mau mengakui kekurangan diri sendiri.
Pengajar yang cerdas merupakan pengajar yang mampu berkomunikasi dengan peserta didik. Pengajar harus mampu membaca situasi dan mampu berempati. Dengan kata lain, pengajar boleh menggunakan berbagai metode penyampaian pengetahuan, dengan syarat peserta didik dapat menyerap materi dengan baik.

  2. Tabel analisis
Analisis dibawah saya kerjakan berdasarkan pengalaman saya di kelas 1 dan 3 SMA.

Pengalaman
Analisis berdasarkan teori
Terdapat seorang guru wanita yang suka sekali memanggil siswa dengan sebutan lain yang terdengar cukup kasar.
Pada poin pengajar cerdas, guru yang baik merupakan guru yang mengetahui nama-nama siswa dan memanggil siswa sesuai nama mereka dengan sopan.
Guru wanita tersebut juga gemar melakukan tindak kekerasan seperti menjewer dan mencubit, bahkan beberapa dari kami kesakitan hingga biru-biru.
Seharusnya guru tersebut mengharamkan tindakan kekerasan saat proses belajar mengajar, karena hal itu bisa berdampak terhadap sejauh mana pemahaman siswa akan materi yang diberikan.
Wali kelas saya yang selalu memperhatikan kebutuhan kelas dan menerima keluhan kami dengan baik. Beliau juga dapat membaca situasi dan kondisi, metode mengajar apa yang tepat untuk digunakan.
Guru ini jelas merupakan tipe guru yang baik dan cerdas, ia memperhatikan dan merespon tiap keluhan siswa dengan baik. Ia juga mengingat hal-hal yang berlum terselesaikan sebelumnya. Beliau juga bersikap konsisten dengan mengajar tanpa wajah emosional atau pola perilaku yang mengintimidasi siswa. Ia juga memperhatikan lingkungan belajar, yang sesuai agar siswa dapat menyerap materi dengan baik.