Jumat, 07 Juni 2013

testimoni kuliah online 7 Juni 2013

Seperti biasa kuliah online sedikit merepotkan dikarenakan adanya masalah terkait jaringan internet. selain itu kebingungan dalam bergabung dalam private chat kuliah online malam ini juga turut menambah kebingungan. namun sebenarnya tujuan diadakannya kuliah online malam ini selin untuk mengganti perkuliahan namun juga untuk turut memajukan metode belajar e-learrning. sekian dari saya, terima kasih :)

Minggu, 05 Mei 2013

LAPORAN TUGAS KELOMPOK


Halo, saya Agiska Tarigan 091301060 dan teman kelompok saya adalah Chika Sitepu 091301063 dan Agita Sara 091301114.
photo (3).jpg



Kegiatan pengajaran kelompok kami berdasarkan atas teori Paedagogi, TIK, dan Fenomena Kontemporer sub topic Paedagogi Efektif yaitu (a) Menciptakan lingkungan yang menunjang pembelajaran (b) Memfasilitasi pembelajaran bersama (c) Cukup memberikan kesempatan untuk belajar.
Tema yang kami angkat adalah “RAINBOW BISCUIT” , dimana kami akan mengajarkan cara membuat cemilan sehat bagi anak usia 5-7 tahun. Untuk lebih lengkapnya berikut identitas peserta kegiatan yang kami lakukan :
a. Matthew Tarigan  (7 tahun)
b. Egia E. Sitepu     (7 tahun)                         
c. Queen Maribelle   (5 tahun)
 Kegiatan ini kami lakukan untuk meningkatkan kreatifitas dan mengajarkan pentingnya menjaga kebersihan dan mengajarkan anak untuk tidak membuang makanan.
Kegiatan ini kami lakukan di rumah salah satu anggota kelompok, yang bertempat di Kompleks Tasbi Blok OO No. 67 Medan pada hari Selasa, 09 April 2013 , pukul 17.00 WIB.
Adapun alat dan bahan yang kami gunakan adalah sebagai berikut
-         Alat   : Piring, Gelas, Alat Penyaring, Cup Kertas, Alat Perekam
-         Bahan  : Biskuit, Susu Kental Manis Rasa Cokelat, Sparkling dan Meises


Dan berikut perincian biaya berkaitan dengan alat dan bahan yang digunakan :
-         Biskuit (1 bungkus)                = Rp. 18.500
-         Susu Cokelat (1 bungkus)         = Rp. 6.500
-         Meises (1 bugkus)                 = Rp. 8.000
-         Sparkling (1 bungkus)             = Rp. 3.000
-         Cup kertas ( 1 pak)               = Rp. 2.500

Kelompok memulai kegiatan dengan perkenalan satu sama lain, baik antara kelompok dengan peserta kegiatan maupun antar sesama peserta kegiatan. Perkenalan pun dilakukan dengan variasi tertentu yakni dimana seluruh peserta dan anggota kelompok harus memperkenalkan diri disertai gaya tertentu. Setelah itu peserta kelompok diminta untuk mencuci tangan, begitu juga dengan kami bertiga. Pengajar kemudian memperkenalkan alat dan bahan yang akan digunakan, serta memberikan instruksi langkah-langkah pembuatan Rainbow Biscuit. Langkah pertama, biskuit dihancurkan dan kemudian disaring. Kemudian peserta harus menggunakan sarung tangan untuk membentuk adonan biskuit. Setlah biskuit diadon, dan dibentuk lalu biskuit diberikan topping sesuai selera. Dan kemudian disusun di cup kertas yang sudah tersedia. Dan yang terakhir, biskuit dimasukkan ke dalam lemari es dan dibiarkan hingga dingin dan siap disajikan.  
Selama kegiatan berlangsung, kelompok mengobservasi peserta kegiatan. Dan berikut hasil obervasinya :

TAHAP
                             NAMA PESERTA
IBEL
EGI
EYO
Perkenalan
Menyebutkan nama dengan suara pelan dan duduk tenang.
Menyebutkan nama dengan suara pelan sambil menunduk, sesekali melihat ke arah pengajar.
Menyebutkan nama dengan suara keras, tersenyum, sambil menggoyang-goyangkan kaki.
Mencuci tangan
Mengantri di belakang Egi, mencuci tangan dengan sabun dan mengeringkannya.
Mengantri di belakang Eyo, mencuci tangan dengan sabun dan mengeringkannya.
Berjalan cepat menuju wastafel, mencuci tangan dengan sabun,  dan mengeringkan tangan.
Pemberian instruksi; perkenalan alat dan bahan
Mendengar instruksi, melihat ke arah pengajar, sesekali melihat ke Egi dan Eyo, memegang alat dan bahan yang sudah diberikan.
Mendengar instruksi, melihat ke arah pengajar, memegang alat dan bahan yang sudah diberikan sambil menggoyang-goyangkan kaki.
Mendengar instruksi, melihat kea rah pengajar, memegang alat dan bahan yang sudah diberikan.
Langkah 1. Proses penghancuran biskuit
Memukul-mukul biskuit hingga hancur, menimbulkan suara yang keras dan sesekali bertanya kepada pengajar ‘ini udah kak?’
Memukul-mukul biskuit hingga hancur, sesekali melihat hasil kerja Ibel dan Eyo.
Memukul-mukul biskuit hingga hancur, menimbulkan suara yang keras, biskuit keluar dari plastik.
Langkah 2. Proses penyaringan biskuit
Menyaring biskuit, beberapa kali bertanya ‘ini gimana kak?’, sesekali berhenti sejenak.
Menyaring biskuit, sesekali bertanya ‘kak, aku udah kak?’.
Menyaring biskuit, sesekali bertanya ‘kak, udah kak?’ sambil tersenyum dan menunjuk ke arah biskuit yang sedang disaring.
Langkah 3. Penggunaan sarung tangan plastik
Mengenakan sarung tangan plastic sambil mengatakan ‘kak, ini gimana kak?’
Mengenakan sarung tangan plastik, meminta bantuan ‘kak, ini kok gak bisa kak?’
Mengenakan sarung tangan plastic dan berkata ‘aku udah bisa kak’.
Langkah 4. Pengadonan biskuit
Mencoba mengikuti instruksi yang diberikan, dan mempraktekkannya namun sesekali mengatakan ‘kak, udah siap punya Ibel, kak?’
Mengikuti instruksi dan mempraktekkannya, dan mengatakan ‘kak, ini udah kak?’
Mengikuti instruksi tanpa bertanya.
Langkah 5. Pembentukan adonan
Mengikuti instruksi, bertanya ‘segini kak?’ dan ‘kayak gini kak?’, sesekali melihat ke  arah Egi dan Eyo.
Mengikuti instruksi, membentuk adonan menjadi bulat, sesekali melihat kea rah Ibel.
Mengikuti instruksi, membentuk adonan menjadi bulat, sesekali melihat kea rah Ibel dan Egi.
Langkah 6. Pemberian topping
Mengikuti instruksi, mencampur  kedua jenis topping yang ada, sesekali mengatakan ‘ini punya Ibel, kak’.
Mengikuti instruksi, melihat ke arah adonannya yang sedang diberi topping.
Mengikuti instruksi, melihat ke arah adonannya yang sedang diberi topping.
Langkah 7. Penyusunan adonan ke cup kertas
Menyusun ke cup kertas yang tersedia.
Menyusun ke cup kertas yang tersedia.
Menyusun ke cup kertas yang tersedia.
Langkah 8. Memasukkan Rainbow Biscuit ke dalam kulkas
Memasukkan biskuit ke dalam kulkas, duduk menunggu hingga dingin, sesekali membuka kulkas.
Memasukkan biskuit ke dalam kulkas, duduk menunggu hingga dingin, sesekali membuka kulkas.
Memasukkan biskuit ke dalam kulkas, duduk menunggu hingga dingin, sesekali membuka kulkas.
Memakan Rainbow Biscuit bersama-sama.
Memakan biskuit, sambil tersenyum.
Memakan biskuit sambil mencemberutkan wajah, meminta tambahan biskuit.
Memakan biskuit, sambil tersenyum dan menggoyang-goyangkan kaki.

Dari hasil obervasi diatas, dapat dilihat bahwa Ibel, Egi, dan Eyo, mereka terlihat antusias mengikuti kegiatan ini. Mereka saling melihat dan memperhatikan satu sama lain, bagaimana cara dan hasil biskuit yang dibuat oleh peserta lainnya. Mereka juga sering bertanya, dan memamerkan bentuk biskuit buatannya kepada pengajar. Selain itu, mereka juga tidak sabar menunggu bskuit hingga dingin dan siap dimakan.

Selama perencanaan hingga kegiatan  berlangsung, kelompok sulit menemukan waktu yang tepat untuk melakukan kegiatan pengajaran, dikarenakan tumpang tindih antara jadwal masing-masing anggota kelompok serta jadwal peserta kegiatan. Namun, kelompok tidak terlalu sulit menemukan peserta kegiatan, karena peserta kegiatan adalah kerabat dekat anggota kelompok.
Nah, berikut adalah foto-foto yang berhasil kami abadikan selama kegiatan berlangsung, monggo dilihat J photo (4).jpg
photo (2).jpg















photo (6).jpg



              








photo (5).jpg







TESTIMONI :
AGISKA : Awalnya, saya merasa ini adalah tugas yang tidak terlalu sulit. Namun, setelah dijelaskan lebih jauh ternyata tugas ini lumayan rumit. Rumit, karena ternyata tugas ini bukanlah tugas mengajar biasa saja melainkan kami juga harus menetapkan materi apa yang akan diberikan serta tujuan dan target pengajaran.  Kami harus mempertimbangkan korelasi antara target dengan materi pengajaran, serta alat dan bahan yang dibutuhkan. Setelah beberapa kali diskusi, kami akhirnya memutuskan untuk membuat Rainbow Biscuit.
Kami merasa sangat senang saat kegiatan berlangsung. Selain karena peserta kegiatan adalah anak-anak, kami juga dapat bermain dan mengenal satu sama lain khususnya anggota kelompok kami. Walaupun kegiatan berlangsung di sore hampir malam hari, kami berusaha untuk tetap semangat.  Sebagai pengajar kami tidak boleh terlihat bermalas-malasan walaupun kami sudah merasa lelah setelah mengikuti perkuliahan sebelumnya. Kami harus tetap memperhatikan peserta, dan berusaha menciptakan suasana yang kondusif. Dari kegiatan ini, saya menyadari bahwa menjadi seorang pengajar bukanlah hal yang mudah. Harus benar-benar tulus ikhlas dan tidak mementingkan kepentingan diri sendiri.
-         Menjadi guru datangnya dari hati  J -


CHIKA : saya senang mendapatkan tugas ini, meskipun awalnya kelompok kami bingung menentukan topik yang akan dibahas, tetapi akhirnya kami menemukan topik yang akan diajarkan kepada anak-anak. Saya senang berinteraksi dengan anak-anak, ternyata mengajar anak-anak itu tidak begitu mudah, karena sangat dibutuhkan tingkat kesabaran yang tinggi. Hehehe J jadi, kesabaran saya diuji selama mengajar anak-anak. Karena tugas ini juga saya mendapatkan banyak pengalaman dalam pengajaran, dan pengalaman itu sangat berarti buat saya. Dan saya sangat senang bisa menyelesaikan tugas ini bersama kelompok sayaJ

AGITA : Awalnya saya merasa tugas kelompok ini menarik dan tidak susah. Tapi ternyata,agak susah karena saat pemilihan apa yg akan disampaikan dlm pengajaran dan siapa yg akan diajarkan,serta manfaatnya,caranya dll. Ternyata beberapa judul yg kami ajukan menimbulkan pertanyaan yg membuat kami lebih berfikir lagi dan mencari judul yg tepat.dan akhirnya sampailah ke pemilihan judul 'membuat rainbow biscuit'
Pada saat pelaksanaannya asik dan menarik. Kita juga bisa mengenal satu sama lain juga. Tp agak susah saat memilih hari pelaksanaan karena jadwal kita banyak yang ga sama. Trus juga saat pelaksanaan membuat saya berfikir apa semua pengajar itu memberikan materinya dan diterima baik oleh pelajarnya atau tidak. Dan tugas pengajar itu juga sangat berat dan penuh perjuangan.sabar juga :) ga gampang menjadi seorang pengajar. Selain harus menguasai materi,harus bisa mengendalikan suasana juga, memilih-milih metode yg akan disampaikan karena akan mempengaruhi pelajar mengerti atau tidaknya. Dan benar kata lagu itu 'pahlawan tanpa tanda jasa'
Dan selama pelaksanaan juga kita menikmatinya,anak2nya ga susah diatur dan yang kita buat juga tidak susah..
Thankyou~

Minggu, 14 April 2013

TUGAS WAWANCARA

BAB 1 PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan instrumen penting dalam mempersiapkan generasi yang berguna, karena diyakini dapat mendorong memaksimalkan potensi peserta didik. Dengan adanya pendidikan, potensi peserta didik akan terus digali dan menghasilkan individu-individu yang cermat dan siap menghadapi dan menyelesaikan hambatan-hambatan yang ada. Selain itu, mereka juga turut berperan dalam pembangunan bangsa. Tentu saja hal tersebut tidak lepas dari peran seorang guru. Guru merupakan pendidik professional yang bertugas mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik. Umumnya, pendidikan guru didapat melalui jalur formal. Namun secara luas, setiap orang yang mengajarkan hal-hal yang dianggap penting juga dapat dikatakan sebagai seorang guru.
Guru dituntut untuk dapat menciptakan suasana belajar-mengajar yang nyaman, kreatif dan tidak monoton dari hari ke hari. Guru harus dapat menciptakan suasana komunikasi dua arah yang efektif, yang menuntut peran aktif peserta didik dalam mengikuti proses belajar mengajar. Selain itu, guru juga sebaiknya mencerminkan keterpelajaran, integritas pribadi, serta kemampuan berkomunikasi yang baik. Hal ini diharapkan dapat membantu peserta didik dalam meningkatkan pengetahuan mereka.
Namun, hal itu tidak terlepas dari persiapan yang harus dibuat guru sebelum mengajar. Beliau harus menguasai bahan ajar baik secara materi maupun tertulis sistematis. Saat mengajar, beliau harus dapat menguasai kelas dan peserta didik. Setelah itu, sebaiknya guru memberikan evaluasi kepada peserta didik yang dimaksudkan untuk mengukur sejauh mana kemampuan peserta didik dalam memahami dan menelaah materi pelajaran yang diberikan.
Pemberian materi saat proses belajar mengajar menuntut banyak aspek profesionalisme sebagai seorang guru. Guru harus dapat menjadi teladan, cerdas, berintegritas serta tidak menjadi superperson. Seorang guru juga diharapkan memiliki pengetahuan yang luas dan terbuka terhadap hal baru seperti penggunaan teknologi informatika, guna menyempurnakan kualitas belajar mengajar.
Maka, dapat disimpulkan bahwa guru diharapkan mengerti dan menerapkan prinsip paedagogi (seni mengajar) yang dicerminkan melalui gaya mengajar apa saja, asalkan dengan gaya tersebut beliau mampu membuat standar dan perilaku mengajar yang memungkinkan siswa dapat belajar dengan mudah dan benar.

BAB II HASIL WAWANCARA

1.  IDENTITAS GURU
Nama                                             : R.M.Hutagalung
Usia                                               : 63 tahun
Mata pelajaran yang diajarkan        : Kimia
Tanggal wawancara                         : 6 April 2013
Tempat dan Waktu wawancara        : Rumah Ibu R.M.Hutagalung, pkl 19.00 WIB

2.  HASIL WAWANCARA
Ibu R.M.Hutagalung merupakan teman ibu saya, maka saya memanggil beliau dengan sebutan ‘tante’. Wawancara ini berlangsung di kediaman Tante Hutagalung di daerah Namorambe,Medan. Wawancara ini berlangsung pada malam hari sekitar pukul 7 malam, dikarenakan kesibukan Tante Hutagalung dengan profesinya dan dikarenakan beliau juga memiliki beberapa kesibukan lainnya. Berikut verbatim wawancaranya :
Agiska         : Selamat malam Tante, maaf mengganggu malam-malam begini tan..
Tante Hutagalung   : Malam nak, iya gak apa-apa. Mari masuk, nak..
Agiska         : Iya tante, makasi tan.. tante, tadi Mama sudah telepon Tante ?
Tante Hutagalung   : Iya, tadi pagi Mama kamu sudah menghubungi Tante. Kamu mau nanya apa, nak?
Agiska         : Gini Tan, giska ada tugas kampus untuk mewawancarai guru. Tepatnya mata kuliah Paedagogi, Tan..
Tante Hutagalung   : Oh Paedagogi, iya iya.. Pertanyaan gimana rupanya,nak?
Agiska         : Bagaimana pendapat Tante mengenai pendidikan ?
Tante Hutagalung   : Menurut Tante, pendidikan itu adalah suatu hal yang dibutuhkan manusia untuk dapat bertumbuh dan berkembang dalam tiap aspek kehidupannya.
Agiska         : Oh, jadi menurut Tante pendidikan itu bisa sangat berguna ya Tan..
Tante Hutagalung   : Iya, benar sekali. Misalnya begini, dengan adanya pendidikan dalam arti manusia/individu memiliki pendidikan ia dapat menggunakannya untuk mencari pekerjaan sehingga ia tetap dapat menjalankan kehidupannya dengan baik.
Agiska         : Oh iya Tan, bener itu tan.. benar sekali. Aplikatif sekali ya Tan fungsi pendidikan ini.
Tante Hutagalung   : iya nak.. Karena begitulah tuntutan kehidupan jaman sekarang.
Agiska         : emm, selain itu tan apa motivasi Tante terkait dengan bidang pendidikan ini, Tan ?
Tante Hutagalung   : yah itu tadi nak, karena manusia itu harus hidup, berkembang dan mempertahankan kehidupannya. Tante yakin sekali setiap orang yang menerima pendidikan akan dapat mempertahankan kelangsungan kehidupannya, yah dengan cara menggunakan apa yang sudah ia pelajari di kehidupan sehari-hari yakni dengan bekerja dan mencari nafkah.
Agiska         : Iya tan, jadi bagaimana dengan individu yang tidak mengenyam pendidikan, Tan ?
Tante Hutagalung   : Nah, disinilah diperlukan peran besar pemerintah dan tentu saja guru-guru seperti Tante dalam berupaya semaksimal mungkin bagaimana menanggulangi orang-orang yang tidak mengenyam pendidikan.
Agiska         : Maksudnya bagaimana, Tan ?
Tante Hutagalung   : Begini nak, dalam mengajar kita sebaiknya tidak berfokus terhadap apa yang kita dapatkan melainkan kita harus berfokus pada bagaimana kita dapat benar-benar menyalurkan seluruh pengetahuan kita terhadap peserta didik. Untuk upaya yang lebih besar, juga sangat dibutuhkan peranan pemerintah dalam pengalokasian dana yang merata dalam hal pendidikan, khususnya bagi masyarakat kurang mampu.
Agiska         : Benar-benar terbuka sekali cara berpikir Tante ya..
Tante Hutagalung   : Memang harus begitu nak, jaman semakin canggih kalau masih berpikiran serba tertutup yah bagaimana mau maju kita.
Agiska         : iya Tan, benar tan,,benar sekali.
Agiska         : Selanjutnya Tan, bagaimana sudut pandang Tante sebagai seorang guru dalam melihat peserta didik ?
Tante Hutagalung   : Peserta didik atau murid merupakan objek. Mereka adalah objek yang harus dididik tapi mereka juga harus dilibatkan dalam proses belajar-mengajar,misalnya sebagai seorang guru tidak boleh melulu hanya guru yang memberikan materi tetapi murid juga harus mengutarakan pendapatnya berkaitan dengan materi.
Agiska         : Oh, komunikasi dua arah ya Tan ?
Tante Hutagalung   : Iya nak, jadi prosesnya pun ga gitu-gitu saja.. lama-lama bosan juga kalau guru terus yang bercakap-cakap di depan.
Agiska         : Ahaha, iya Tan.. murid pun bosan. Lalu apalagi Tan ?
Tante Hutagalung   : Selain itu, mereka pun perlu dimotivasi untuk berupaya mencari informasi berkaitan dengan materi pelajaran.
Agiska         : Informasi gimana Tan ?
Tante Hutagalung   : Yah informasi berkaitan nak, kan sekarang udah serba canggih. Kan murid-murid bisa browsing dari internet.
Agiska         : Wah, berarti boleh bawa laptop atau menggunakan gadget ya Tan ?
Tante Hutagalung   : Ya boleh nak, jadi informasi yang didapat pun bertambah ga hanya itu-itu saja.
Agiska         : Jadi, Tante juga menggunakan fasilitas yang mendukung ya Tan?
Tante Hutagalung   : Pastinya nak, sebagai guru kita juga harus tau apa yang dilakukan murid kita, guru juga ga boleh kalah majunya nak. Guru harus dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan TIK sekarang sehingga kualitas sebagai pembimbing dan motivator pun semakin meningkat.
Agiska         : Ternyata Tante sangat-sangat memperhatikan aspek-aspek yang dapat mendukung ya Tan..
Tante Hutagalung   : Bisa saja kamu nak, namanya juga seorang guru. Kita bertanggung jawab atas kemajuan murid kita.
Agiska         : Selanjutnya Tan, apa filosofi Tante dalam mengajar ?
Tante Hutagalung   : Filosofi ya ? emm.. Mengajar adalah pekerjaan yang menyenangkan karena sebagai pengajar kita menjadi pemberi yang tak pernah kehilangan.
Agiska         : Benar juga ya Tan, seberapa banyak pun ilmu yang diberikan, sebagai seorang guru tidak akan pernah merasa kehilangan apapun.
Tante Hutagalung   : Iya nak, malahan kita bisa saling bertukar informasi dengan murid. Tidak ada salahnya kan ?!
Agiska         : Iya tan, tidak ada kata salah atau terlambat dalam belajar.
Agiska         : Pertanyaan terakhir tan, pendekatan apa yang Tante gunakan sewaktu mengajar ?
Tante Hutagalung   : Banyak nak, ada  ceramah, diskusi, praktek, hapalan dan pemberian tugas. Kalau berdiskusi, caranya begini. Nanti ada semacam presentasi, jadi per kelompok mencari informasi sesuai materi yang ditentukan dan kemudian dipresentasikan di depan kelas. Nah kemudian akan ada tanya jawab. Dengan begitu, suasana belajar-mengajar pun tidak membosankan.
Agiska         : Iya ya Tan, kalau setiap kali Tante saja yang berbicara di depan pasti membosankan.
Tante Hutagalung   : Iya nak, mana ada yang mau dengar kalau begitu apalagi Tante mengajar anak SMA, taulah kan seperti apa.
Agiska         : Iya Tan hehehe. Sepertinya Tante benar-benar memahami bagaimana mengajar ya Tan..
Tante Hutagalung   : Ahaha, biasa saja kok nak.. Ada lagi pertanyaan kamu nak?
Agiska         : Engga ada lagi Tan, itu saja. Doain giska ya Tan, supaya bagus nilainya ehehehe..
Tante Hutagalung   : Iya nak, mudah-mudahan ya. Kalau ada yang kurang, nanti kamu telpon aja Tante jangan sungkan-sungkan.
Agiska         : Iya Tan, makasi banyak ya Tante. Giska permisi pulang ya Tan, sampai ketemu Tante..

BAB III PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil wawancara pada Bab II, diketahui bahwa subjek wawancara merupakan seorang guru yang sangat mementingkan kemajuan murid-muridnya, khususnya dengan strategi –strategi mengajar berbasis teknologi informasi komunikasi (TIK).

Apabila dikaitkan dengan kelima strategi mengajar pada bab Mengajar, Ahli Pedagogi, dan Paradigma Belajar, sub bab Paradigma Belajar, maka Ibu R.M.Hutagalung sudah menggunakan 3 dari 5 strategi yang ada yaitu :
-     Strategi 2       : Beliau menggunakan pendekatan ceramah dan menjelaskan materi kepada murid-muridnya. Beliau menyajikan informasi yang sudah dipersiapkan sebelumnya secara matang, agar murid-murid mudah memahaminya.
-     Strategi 3       : Pada saat berdiskusi di kelas, beliau bersama-sama mencari dan menemukan pemecahan masalah berkaitan dengan pelajaran kimia baik melalui internet maupun praktik langsung di laboratorium kimia.
-     Strategi 4       : Adanya pembagian kelompok presentasi, yang berguna untuk dapat saling mendiskusikan materi yang ada. Sehingga pada saat dipresentasikan, kelas pun dapat mengeksplorasi pengetahuan dan materi.

Selain menggunakan ketiga strategi mengajar diatas, Ibu R.M.Hutagalung juga memenuhi 5 kualitas guru terbaik, yaitu :
a.    Confidence. Beliau yakin bahwa ia dapat menangani situasi selama mengajar. Ia yakin bahwa niat yang baik akan menghasilkan sesuatu yang baik pula. Beliau juga yakin bahwa strategi mengajar yang ia gunakan dapat membantu meningkatkan kemauan murid untuk belajar, terlebih lagi dengan adanya modifikasi sesuai dengan kemajuan TIK.
b.    Patience. Beliau memiliki tingkat kesabaran yang cukup baik, mengingat murid yang ia ajar adalah remaja. Sehingga beliau merasa perlu memahami hal-hal yang dapat menarik keinginan remaja untuk belajar, dengan cara beliau pun mengikuti perkembangan penggunaan teknologi dalam proses belajar-mengajar.
c.    True compassion for their students. Beliau benar-benar terlihat mengasihi muridnya, hal itu terlihat dari banyaknya waktu yang ia gunakan untuk mencari dan mendalami materi kimia.
d.    Understanding. Beliau memiliki gaya mengajar yang fleksibel, tidak monoton sehingga dapat membangunkan niat belajar murid-murid. Terlihat dari berbagai bentuk strategi mengajar, seperti ceramah, diskusi, praktek,hapalan dan pemberian tugas.
e.  The ability to look at life in a different way and to explain a topic in a different way. Beliau tidak menggunakan gaya mengajar yang sama di tiap pertemuan. Beliau memahami sifat dan karakteristik remaja pada umumnya, sehingga beliau tidak memberlakukan sistem pengajaran satu arah atau monoton yang dapat menurunkan kemauan belajar murid-muridnya.

BAB IV KESIMPULAN

Adapun kesimpulan berdasarkan hasil wawancara dan pembahasan diatas adalah sebagai berikut :
1.     Pendidikan adalah suatu hal yang dibutuhkan manusia untuk dapat bertumbuh dan berkembang dalam tiap aspek kehidupannya.
2.    Pendidikan dapat digunakan untuk mencari pekerjaan sehingga manusia tetap dapat menjalankan kehidupannya dengan baik.
3.    Pengajar sebaiknya tidak berfokus terhadap apa yang didapatkan melainkan berfokus pada bagaimana pengajar dapat benar-benar menyalurkan seluruh pengetahuannyaterhadap peserta didik. Untuk upaya yang lebih besar, juga sangat dibutuhkan peranan pemerintah dalam pengalokasian dana yang merata dalam hal pendidikan, khususnya bagi masyarakat kurang mampu.
4.    Peserta didik atau murid merupakan objek, yang harus dididik tapi mereka juga harus dilibatkan dalam proses belajar-mengajar,misalnya sebagai seorang guru tidak boleh melulu hanya guru yang memberikan materi tetapi murid juga harus mengutarakan pendapatnya berkaitan dengan materi.
5.    Murid perlu dimotivasi untuk berupaya mencari informasi berkaitan dengan materi pelajaran, khususnya dengan memanfaatkan kemajuan TIK yang ada. Misalnya dengan browsing dari internet sehingga informasi pun akan semakin bertambah.
6.    Guru harus dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan TIK sekarang sehingga kualitas sebagai pembimbing dan motivator pun semakin meningkat.
7.    Terdapat beberapa pendekatan yang digunakan yakni ceramah, presentasi, diskusi, praktek, hapalan dan pemberian tugas.
8.    Komunikasi dua arah merupakan hal yang penting dalam proses belajar- mengajar.
BAB V TESTIMONI DAN SARAN

1.  TESTIMONI
·         Tugas wawancara ini melatih kemampuan saya dalam berkomunikasi dengan orang lain, khususnya dengan tujuan mencari tahu informasi dan sudut pandang orang lain.
·         Selain itu, wawancara ini juga mengubah persepsi saya mengenai individu yang lebih tua dari saya. Saya mengira pasti individu yang rentang usianya jauh diatas saya berpandangan tertutup terhadap hal-hal baru khususnya perkembangan teknologi.
·         Terakhir, saya merasa bahagia melihat ternyata sistem modifikasi pengajaran menjadi dua arah sudah diterapkan.

2.  SARAN
·         Sebaiknya dilakukan peng- up grade-an gaya mengajar guru-guru, khususnya melibatkan penggunaan TIK.
·         Pemerintah diharapkan melakukan penyerataan alokasi dana sekolah, sehingga tidak ada perbedaan sistem pengajaran baik di desa maupun kota.

BAB VI DAFTAR PUSTAKA

Danim, Prof. Dr. Sudarwan Danim. 2010. Pedagogi, Andragogi, dan Heutagogi. Bandung: Penerbit Alfabet.