Rabu, 27 Februari 2013
Thankyou Mr.Juli, you made math much easier than ever ;)
Juli Eko Sarwono, Guru Matematika Unik Dengan
Segudang Penghargaan
Raut ceria selalu tampak pada wajah Juli Eko Sarwono (49), guru
matematika SMP Negeri 19 Kabupaten Purworejo. Dengan sabar, ia berpindah dari
meja kelompok satu ke kelompok lainnya. Sembari melempar dadu terbuat dari
kertas, ia dengan sabar meminta muridnya melakukan uji statistik peluang
munculnya angka. Dimeja lain, ia meminta murid perempuannya mempresentasikan
rumus volume kerucut dengan caping kertas bekas sebagai modelnya.
Biasanya, pelajaran matematika merupakan momok bagi pelajar. Hingga sekarang, mungkin masih ada sebagian pelajar yang masih merasa dipusingkan dengan angka dan rumus. Bergelut dengan kalkulator hingga sempoa, serta menghitung berbagai fungsi dan persamaan.
Biasanya, pelajaran matematika merupakan momok bagi pelajar. Hingga sekarang, mungkin masih ada sebagian pelajar yang masih merasa dipusingkan dengan angka dan rumus. Bergelut dengan kalkulator hingga sempoa, serta menghitung berbagai fungsi dan persamaan.
Namun tidak bagi kelas yang
diampu Juli Eko Sarwono. Wajah riang, penuh semangat dan serasa tanpa beban
tampak pada raut murid-muridnya. “Saya mencoba membuat matematika menjadi
menyenangkan, jika murid sudah suka, transfer ilmu akan mudah,” ujarnya kepada
KRjogja.com, sekolahnya, Selasa (31/1).
Model yang digunakan
Juli sebenarnya sederhana. Ia mencoba merubah paradigma pelajaran matematika
yang tidak lepas dari angka dengan memasukkan alat peraga. “Saya menyebut cara
ini metode kontekstual, apa adanya,” paparnya. Lanjutnya, metode tersebut
terbilang jitu untuk diterapkan pada anak usia SMP. Lanjutnya, pelajar mampu
mengimajinasikan rumus-rumus yang ada dalam buku dengan menerapkan langsung
pada berbagai alat peraga.
Sebelum menerapkan
metode tersebut, ia mengaku otoriter dalam mengajar. Selain itu, semua harus
kaku diterapkan berdasarkan buku pelajaran yang digunakan. Namun, jelang
kenaikan kelas, murid mengecap Juli sebagai guru galak dan mereka merasa tidak
nyaman selama belajar. “Target nilai matematika terpenuhi, disisi lain,
murid menganggap saya galak, mereka jadi tidak nyaman. Itu yang membuat saya
berpikir untuk merubah cara mengajar siswa,” katanya.
Bahkan, guru yang
hanya lulusan Pendidikan Guru Sekolah Lanjutan Pertama (PGSLP) tahun 1986 itu
mengaku kerap memasukkan sepeda motornya ke dalam kelas sebagai media belajar
siswa. Sepeda motor itu, ia jadikan contoh ketika Juli mengajarkan tentang
lingkaran dan benda tabung. “Mereka praktik sendiri, mengukur sepeda motor
saya, dan akhirnya menerapkan rumus matematika untuk menghitung,” ucapnya.
Mengajar dengan cara
seperti Juli bukan tanpa tantangan. Saat mengawali metode itu beberapa tahun
silam, rekan sekerja melayangkan protes. Setiap kali usai mengajarkan
matematika, ia meminta murid menempelkan hasil perhitungan berbagai rumus di
tembok kelas. Selain itu, alat peraga juga dianggap bikin sumpek dan mengotori
ruang kelas. Ia juga pernah dianggap sebagai guru ‘edan’ lantaran cara mengajar
yang dinilai aneh.
Namun, setelah
metodenya berhasil mencetak nilai bagus dan kenyamanan dalam belajar, ia justru
didukung teman sekerjanya. Bahkan, sekolah meminjaminya satu kelas khusus untuk
laboratorium matematika. “Kelas ini khusus matematika, jadi seperti
laboratorium namun sederhana. Setiap pelajaran matematika untuk kelas sembilan,
diajarkan di kelas khusus ini,” paparnya.
Keberhasilan cara
mengajar Juli juga membuatnya menjadi pembicara pada sejumlah seminar nasional
bertema pendidikan di sejumlah tempat dan stasiun televisi. Ia tidak
mempersoalkan dirinya tidak pernah lulus sebagai sarjana. Ia juga mengaku tidak
masalah jika belum lolos uji sertifikasi. Juli merasa cukup dengan
penghasilannya sebagai guru dan berwiraswasta. Sepulang mengajar di SMP 19
Purworejo, ia berjualan bakso keliling di lingkungan rumahnya di Desa
Jogonegoro Kecamatan Mertoyudan Kabupaten Magelang. “Lumayan, dapat tambahan
penghasilan sedikitnya Rp 70 ribu setiap hari,” ujarnya.
Dicap ‘edan’
ternyata tidak membuat Juli Eko Sarwono minder. Justru hal itu makin terlecut
semangatnya untuk terus maju menjadi yang terbaik. Bahkan, karena kiprahnya,
Juli mendapat penghargaan sebagai ‘Good Practices’ di bidang pendidikan oleh
lembaga donatur asing Decentralized Basic Education 3 (DBE 3) – USAID.
Kepala SMPN 19
Purworejo Daryanto SPd menambahkan, sekolah mendukung metode pembelajaran yang
diterapkan Juli Eko Sarwono karena terbukti bisa mengangkat nilai siswa. Nilai
rata-rata sudah naik dari 5,4 menjadi lebih dari 7,5 untuk mata pelajaran
matematika. “Kami dukung penuh, selain kebijakan juga dengan membangun
laboratorium khusus matematika,” ungkapnya.
Senin, 25 Februari 2013
ANTARA PAEDAGOGI DAN GURU SAYA
1 . Defenisi Paedagogi
Pedagogic
berasal dari kata Yunani ‘paedos’, yang berarti anak laki-laki dan ‘agogos’
artinya mengantar, membimbing. Secara harfiah pedagogi dapat diartikan sebagai
pembantu anak laki-laki pada jaman Yunani kuno, yang pekerjaannya mengantarkan
anak majikannya ke sekolah. Kemudian secara kiasan pedagogic adalah seorang
ahli, yang membimbing anak kearah tujuan hidup tertentu (http://disenjahari.blogspot.com/2012/03/konsep-dasar-pedagogik.html).
Secara singkat, dapat dikatakan bahwa paedagogi merupakan ilmu dan seni
mengajar anak (http://carapedia.com/pengertian_definisi_pendidiakan_menurut_para_ahli_info405.html).Paedagogi merupakan ilmu pengetahuan dan seni
pendidikan. Paedagogi bertujuan untuk mengakuisisi keterampilan manusia (http://en.wikipedia.org/wiki/Pedagogy).
Paedagogi melibatkan kajian mengenai proses
pengajaran dan pembelajaran, pengurusan kelas, organisasi sekolah dan juga
interaksi antara guru dan pelajar (http://pomizipedagogy.wordpress.com/about/pengertian-pedagogi/).
A. Mempelajari dan mentransformasikan
Paedagogi
sebagai seni mengajar, dimana terdapat proses mentransformasikan materi ajar
kepada peserta didik, baik secara individual maupun kelompok menggunakan media tertentu.
Pembelajaran merupakan aktivitas membantu peserta didik untuk mendapatkan
pengetahuan, dimana terdapat interaksi antara pengajar dan peserta didik.
B.
Hubungan pikiran
Proses
pembelajaran yang terjadi tidak lepas dari adanya kerjasama antara pengajar dan
peserta didik, terdapat proses pemberian bahkan mungkin pertukaran informasi
antara pengajar dan peserta didik. Pengetahuan yang diberikan pengajar kepada
peserta didik berguna untuk pengembangan pikirannya.
Pengajar
juga tidak boleh membeda-bedakan antara siswa yang berperilaku baik atau kurang
baik. Pengajar harus mengenal gaya belajar peserta didik dan menghargai hal
tersebut. Pengajar juga dituntut untuk dapat memilih metode pengajaran yang
tepat , agar proses transformasi berjalan sesuai yang diharapkan
C.
Seni, ilmu dan profesi
Mengajar
merupakan aktivitas professional yang didalamnya terdapat gabungan antara
dimensi ilmu dan seni. Hal ini terbukti dari bagaimana keadaan sebenarnya pada
saat mengajar. Materi ajar yang diberikan merupakan ilmu pengetahuan, namun
bagaimana materi itu disampaikan merupakan seni yang turut menentukan apakah
ilmu pengetahuan tersebut berhasil dimengerti atau tidak.
D.
Pengajar yang cerdas
Proses
mengajar membutuhkan pengajar yang cerdas. Hal ini berarti pengajar yang cerdas
memiliki tiga karakteristik yaitu keterpelajaran, integritas, dan kemampuan
berkomunikasi.
Keterpelajaran berarti mematuhi azas dan etika yang ada,
serta dapat menginspirasi peserta didik melalui cara berpikir yang terbuka
terhadap perubahan positif.
Integritas merupakan sikap jujur dan berterusterang,
memberikan contoh yang baik, percaya akan kemampuan untuk dapat mengendalikan
peserta didik serta mau mengakui kekurangan diri sendiri.
Pengajar
yang cerdas merupakan pengajar yang mampu
berkomunikasi dengan peserta didik. Pengajar harus mampu membaca situasi
dan mampu berempati. Dengan kata lain, pengajar boleh menggunakan berbagai
metode penyampaian pengetahuan, dengan syarat peserta didik dapat menyerap
materi dengan baik.
2. Tabel analisis
Analisis
dibawah saya kerjakan berdasarkan pengalaman saya di kelas 1 dan 3 SMA.
Pengalaman
|
Analisis berdasarkan teori
|
Terdapat seorang guru wanita yang suka sekali
memanggil siswa dengan sebutan lain yang terdengar cukup kasar.
|
Pada poin pengajar cerdas, guru yang baik merupakan
guru yang mengetahui nama-nama siswa dan memanggil siswa sesuai nama mereka
dengan sopan.
|
Guru wanita tersebut juga gemar melakukan tindak
kekerasan seperti menjewer dan mencubit, bahkan beberapa dari kami kesakitan
hingga biru-biru.
|
Seharusnya guru tersebut mengharamkan tindakan
kekerasan saat proses belajar mengajar, karena hal itu bisa berdampak
terhadap sejauh mana pemahaman siswa akan materi yang diberikan.
|
Wali kelas saya yang selalu memperhatikan
kebutuhan kelas dan menerima keluhan kami dengan baik. Beliau juga dapat
membaca situasi dan kondisi, metode mengajar apa yang tepat untuk digunakan.
|
Guru ini jelas merupakan tipe guru yang baik dan
cerdas, ia memperhatikan dan merespon tiap keluhan siswa dengan baik. Ia juga
mengingat hal-hal yang berlum terselesaikan sebelumnya. Beliau juga bersikap
konsisten dengan mengajar tanpa wajah emosional atau pola perilaku yang
mengintimidasi siswa. Ia juga memperhatikan lingkungan belajar, yang sesuai
agar siswa dapat menyerap materi dengan baik.
|
Langganan:
Postingan (Atom)