09-060 agiska tarigan
Jumat, 07 Juni 2013
testimoni kuliah online 7 Juni 2013
Seperti biasa kuliah online sedikit merepotkan dikarenakan adanya masalah terkait jaringan internet. selain itu kebingungan dalam bergabung dalam private chat kuliah online malam ini juga turut menambah kebingungan. namun sebenarnya tujuan diadakannya kuliah online malam ini selin untuk mengganti perkuliahan namun juga untuk turut memajukan metode belajar e-learrning. sekian dari saya, terima kasih :)
Minggu, 05 Mei 2013
LAPORAN TUGAS KELOMPOK
Halo, saya Agiska Tarigan 091301060 dan teman
kelompok saya adalah Chika Sitepu
091301063 dan Agita Sara
091301114.
Kegiatan
pengajaran kelompok kami berdasarkan atas teori Paedagogi, TIK, dan Fenomena
Kontemporer sub topic Paedagogi Efektif yaitu (a) Menciptakan lingkungan yang
menunjang pembelajaran (b) Memfasilitasi pembelajaran bersama (c) Cukup
memberikan kesempatan untuk belajar.
Tema yang kami angkat adalah “RAINBOW
BISCUIT” , dimana kami akan mengajarkan cara
membuat cemilan sehat bagi anak usia 5-7 tahun. Untuk lebih lengkapnya berikut
identitas peserta kegiatan yang kami lakukan :
a. Matthew Tarigan
(7 tahun)
b. Egia E. Sitepu (7
tahun)
c. Queen Maribelle (5 tahun)
Kegiatan ini kami lakukan untuk meningkatkan
kreatifitas dan mengajarkan pentingnya menjaga kebersihan dan mengajarkan anak
untuk tidak membuang makanan.
Kegiatan ini kami lakukan di rumah
salah satu anggota kelompok, yang bertempat di Kompleks Tasbi Blok OO No. 67
Medan pada hari Selasa, 09 April 2013 , pukul 17.00 WIB.
Adapun
alat dan bahan yang kami gunakan adalah sebagai berikut
-
Alat : Piring, Gelas, Alat Penyaring, Cup Kertas,
Alat Perekam
-
Bahan : Biskuit, Susu Kental Manis Rasa Cokelat, Sparkling
dan Meises
Dan
berikut perincian biaya berkaitan dengan alat dan bahan yang digunakan :
-
Biskuit (1 bungkus) = Rp. 18.500
-
Susu Cokelat (1 bungkus) =
Rp. 6.500
-
Meises (1 bugkus) = Rp. 8.000
-
Sparkling (1 bungkus) =
Rp. 3.000
-
Cup kertas ( 1 pak) = Rp. 2.500
Kelompok
memulai kegiatan dengan perkenalan satu sama lain, baik antara kelompok dengan
peserta kegiatan maupun antar sesama peserta kegiatan. Perkenalan pun dilakukan
dengan variasi tertentu yakni dimana seluruh peserta dan anggota kelompok harus
memperkenalkan diri disertai gaya tertentu. Setelah itu peserta kelompok
diminta untuk mencuci tangan, begitu juga dengan kami bertiga. Pengajar kemudian
memperkenalkan alat dan bahan yang akan digunakan, serta memberikan instruksi
langkah-langkah pembuatan Rainbow Biscuit.
Langkah pertama, biskuit dihancurkan dan kemudian disaring. Kemudian peserta
harus menggunakan sarung tangan untuk membentuk adonan biskuit. Setlah biskuit
diadon, dan dibentuk lalu biskuit diberikan topping sesuai selera. Dan kemudian
disusun di cup kertas yang sudah tersedia. Dan yang terakhir, biskuit
dimasukkan ke dalam lemari es dan dibiarkan hingga dingin dan siap disajikan.
Selama
kegiatan berlangsung, kelompok mengobservasi peserta kegiatan. Dan berikut
hasil obervasinya :
TAHAP
|
NAMA PESERTA
|
||
IBEL
|
EGI
|
EYO
|
|
Perkenalan
|
Menyebutkan nama dengan suara pelan dan duduk tenang.
|
Menyebutkan nama dengan suara pelan sambil menunduk, sesekali
melihat ke arah pengajar.
|
Menyebutkan nama dengan suara keras, tersenyum, sambil
menggoyang-goyangkan kaki.
|
Mencuci tangan
|
Mengantri di belakang Egi, mencuci tangan dengan sabun dan
mengeringkannya.
|
Mengantri di belakang Eyo, mencuci tangan dengan sabun dan
mengeringkannya.
|
Berjalan cepat menuju wastafel, mencuci tangan dengan
sabun, dan mengeringkan tangan.
|
Pemberian instruksi; perkenalan alat dan bahan
|
Mendengar instruksi, melihat ke arah pengajar, sesekali
melihat ke Egi dan Eyo, memegang alat dan bahan yang sudah diberikan.
|
Mendengar instruksi, melihat ke arah pengajar, memegang alat
dan bahan yang sudah diberikan sambil menggoyang-goyangkan kaki.
|
Mendengar instruksi, melihat kea rah pengajar, memegang alat
dan bahan yang sudah diberikan.
|
Langkah 1. Proses penghancuran biskuit
|
Memukul-mukul biskuit hingga hancur, menimbulkan suara yang
keras dan sesekali bertanya kepada pengajar ‘ini udah kak?’
|
Memukul-mukul biskuit hingga hancur, sesekali melihat hasil
kerja Ibel dan Eyo.
|
Memukul-mukul biskuit hingga hancur, menimbulkan suara yang
keras, biskuit keluar dari plastik.
|
Langkah 2. Proses penyaringan biskuit
|
Menyaring biskuit, beberapa kali bertanya ‘ini gimana kak?’,
sesekali berhenti sejenak.
|
Menyaring biskuit, sesekali bertanya ‘kak, aku udah kak?’.
|
Menyaring biskuit, sesekali bertanya ‘kak, udah kak?’ sambil
tersenyum dan menunjuk ke arah biskuit yang sedang disaring.
|
Langkah 3. Penggunaan sarung tangan plastik
|
Mengenakan sarung tangan plastic sambil mengatakan ‘kak, ini
gimana kak?’
|
Mengenakan sarung tangan plastik, meminta bantuan ‘kak, ini
kok gak bisa kak?’
|
Mengenakan sarung tangan plastic dan berkata ‘aku udah bisa
kak’.
|
Langkah 4. Pengadonan biskuit
|
Mencoba mengikuti instruksi yang diberikan, dan
mempraktekkannya namun sesekali mengatakan ‘kak, udah siap punya Ibel, kak?’
|
Mengikuti instruksi dan mempraktekkannya, dan mengatakan ‘kak,
ini udah kak?’
|
Mengikuti instruksi tanpa bertanya.
|
Langkah 5. Pembentukan adonan
|
Mengikuti instruksi, bertanya ‘segini kak?’ dan ‘kayak gini
kak?’, sesekali melihat ke arah Egi dan Eyo.
|
Mengikuti instruksi, membentuk adonan menjadi bulat, sesekali
melihat kea rah Ibel.
|
Mengikuti instruksi, membentuk adonan menjadi bulat, sesekali
melihat kea rah Ibel dan Egi.
|
Langkah 6. Pemberian topping
|
Mengikuti instruksi, mencampur kedua jenis topping yang
ada, sesekali mengatakan ‘ini punya Ibel, kak’.
|
Mengikuti instruksi, melihat ke arah adonannya yang sedang
diberi topping.
|
Mengikuti instruksi, melihat ke arah adonannya yang sedang
diberi topping.
|
Langkah 7. Penyusunan adonan ke cup kertas
|
Menyusun ke cup kertas yang tersedia.
|
Menyusun ke cup kertas yang tersedia.
|
Menyusun ke cup kertas yang tersedia.
|
Langkah 8. Memasukkan Rainbow Biscuit ke dalam kulkas
|
Memasukkan biskuit ke dalam kulkas, duduk menunggu hingga
dingin, sesekali membuka kulkas.
|
Memasukkan biskuit ke dalam kulkas, duduk menunggu hingga
dingin, sesekali membuka kulkas.
|
Memasukkan biskuit ke dalam kulkas, duduk menunggu hingga
dingin, sesekali membuka kulkas.
|
Memakan Rainbow Biscuit bersama-sama.
|
Memakan biskuit, sambil tersenyum.
|
Memakan biskuit sambil mencemberutkan wajah, meminta tambahan
biskuit.
|
Memakan biskuit, sambil tersenyum dan menggoyang-goyangkan
kaki.
|
Dari hasil obervasi diatas, dapat dilihat bahwa Ibel,
Egi, dan Eyo, mereka terlihat antusias mengikuti kegiatan ini. Mereka saling
melihat dan memperhatikan satu sama lain, bagaimana cara dan hasil biskuit yang
dibuat oleh peserta lainnya. Mereka juga sering bertanya, dan memamerkan bentuk
biskuit buatannya kepada pengajar. Selain itu, mereka juga tidak sabar menunggu
bskuit hingga dingin dan siap dimakan.
Selama
perencanaan hingga kegiatan berlangsung,
kelompok sulit menemukan waktu yang tepat untuk melakukan kegiatan pengajaran,
dikarenakan tumpang tindih antara jadwal masing-masing anggota kelompok serta
jadwal peserta kegiatan. Namun, kelompok tidak terlalu sulit menemukan peserta
kegiatan, karena peserta kegiatan adalah kerabat dekat anggota kelompok.
Nah,
berikut adalah foto-foto yang berhasil kami abadikan selama kegiatan
berlangsung, monggo dilihat J
TESTIMONI
:
AGISKA : Awalnya, saya
merasa ini adalah tugas yang tidak terlalu sulit. Namun, setelah dijelaskan
lebih jauh ternyata tugas ini lumayan rumit. Rumit, karena ternyata tugas ini
bukanlah tugas mengajar biasa saja melainkan kami juga harus menetapkan materi
apa yang akan diberikan serta tujuan dan target pengajaran. Kami harus mempertimbangkan korelasi antara
target dengan materi pengajaran, serta alat dan bahan yang dibutuhkan. Setelah
beberapa kali diskusi, kami akhirnya memutuskan untuk membuat Rainbow Biscuit.
Kami merasa sangat senang saat kegiatan berlangsung. Selain
karena peserta kegiatan adalah anak-anak, kami juga dapat bermain dan mengenal
satu sama lain khususnya anggota kelompok kami. Walaupun kegiatan berlangsung
di sore hampir malam hari, kami berusaha untuk tetap semangat. Sebagai pengajar kami tidak boleh terlihat
bermalas-malasan walaupun kami sudah merasa lelah setelah mengikuti perkuliahan
sebelumnya. Kami harus tetap memperhatikan peserta, dan berusaha menciptakan
suasana yang kondusif. Dari kegiatan ini, saya menyadari bahwa menjadi seorang
pengajar bukanlah hal yang mudah. Harus benar-benar tulus ikhlas dan tidak
mementingkan kepentingan diri sendiri.
-
Menjadi guru datangnya dari hati J -
CHIKA :
saya senang mendapatkan tugas ini, meskipun awalnya kelompok kami bingung
menentukan topik yang akan dibahas, tetapi akhirnya kami menemukan topik yang
akan diajarkan kepada anak-anak. Saya senang berinteraksi dengan anak-anak,
ternyata mengajar anak-anak itu tidak begitu mudah, karena sangat dibutuhkan
tingkat kesabaran yang tinggi. Hehehe J jadi, kesabaran
saya diuji selama mengajar anak-anak. Karena tugas ini juga saya mendapatkan
banyak pengalaman dalam pengajaran, dan pengalaman itu sangat berarti buat
saya. Dan saya sangat senang bisa menyelesaikan tugas ini bersama kelompok sayaJ
AGITA : Awalnya saya
merasa tugas kelompok ini menarik dan tidak susah. Tapi ternyata,agak susah
karena saat pemilihan apa yg akan disampaikan dlm pengajaran dan siapa yg akan
diajarkan,serta manfaatnya,caranya dll. Ternyata beberapa judul yg kami ajukan
menimbulkan pertanyaan yg membuat kami lebih berfikir lagi dan mencari judul yg
tepat.dan akhirnya sampailah ke pemilihan judul 'membuat rainbow biscuit'
Pada saat pelaksanaannya asik dan menarik. Kita juga bisa mengenal satu sama lain juga. Tp agak susah saat memilih hari pelaksanaan karena jadwal kita banyak yang ga sama. Trus juga saat pelaksanaan membuat saya berfikir apa semua pengajar itu memberikan materinya dan diterima baik oleh pelajarnya atau tidak. Dan tugas pengajar itu juga sangat berat dan penuh perjuangan.sabar juga :) ga gampang menjadi seorang pengajar. Selain harus menguasai materi,harus bisa mengendalikan suasana juga, memilih-milih metode yg akan disampaikan karena akan mempengaruhi pelajar mengerti atau tidaknya. Dan benar kata lagu itu 'pahlawan tanpa tanda jasa'
Dan selama pelaksanaan juga kita menikmatinya,anak2nya ga susah diatur dan yang kita buat juga tidak susah..
Thankyou~
Pada saat pelaksanaannya asik dan menarik. Kita juga bisa mengenal satu sama lain juga. Tp agak susah saat memilih hari pelaksanaan karena jadwal kita banyak yang ga sama. Trus juga saat pelaksanaan membuat saya berfikir apa semua pengajar itu memberikan materinya dan diterima baik oleh pelajarnya atau tidak. Dan tugas pengajar itu juga sangat berat dan penuh perjuangan.sabar juga :) ga gampang menjadi seorang pengajar. Selain harus menguasai materi,harus bisa mengendalikan suasana juga, memilih-milih metode yg akan disampaikan karena akan mempengaruhi pelajar mengerti atau tidaknya. Dan benar kata lagu itu 'pahlawan tanpa tanda jasa'
Dan selama pelaksanaan juga kita menikmatinya,anak2nya ga susah diatur dan yang kita buat juga tidak susah..
Thankyou~
Minggu, 14 April 2013
TUGAS WAWANCARA
BAB 1 PENDAHULUAN
Pendidikan
merupakan instrumen penting dalam mempersiapkan generasi yang berguna, karena
diyakini dapat mendorong memaksimalkan potensi peserta didik. Dengan adanya
pendidikan, potensi peserta didik akan terus digali dan menghasilkan
individu-individu yang cermat dan siap menghadapi dan menyelesaikan
hambatan-hambatan yang ada. Selain itu, mereka juga turut berperan dalam
pembangunan bangsa. Tentu saja hal tersebut tidak lepas dari peran seorang
guru. Guru merupakan pendidik professional yang bertugas mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik. Umumnya,
pendidikan guru didapat melalui jalur formal. Namun secara luas, setiap orang
yang mengajarkan hal-hal yang dianggap penting juga dapat dikatakan sebagai
seorang guru.
Guru
dituntut untuk dapat menciptakan suasana belajar-mengajar yang nyaman, kreatif
dan tidak monoton dari hari ke hari. Guru harus dapat menciptakan suasana
komunikasi dua arah yang efektif, yang menuntut peran aktif peserta didik dalam
mengikuti proses belajar mengajar. Selain itu, guru juga sebaiknya mencerminkan
keterpelajaran, integritas pribadi, serta kemampuan berkomunikasi yang baik. Hal
ini diharapkan dapat membantu peserta didik dalam meningkatkan pengetahuan
mereka.
Namun,
hal itu tidak terlepas dari persiapan yang harus dibuat guru sebelum mengajar. Beliau
harus menguasai bahan ajar baik secara materi maupun tertulis sistematis. Saat mengajar,
beliau harus dapat menguasai kelas dan peserta didik. Setelah itu, sebaiknya
guru memberikan evaluasi kepada peserta didik yang dimaksudkan untuk mengukur
sejauh mana kemampuan peserta didik dalam memahami dan menelaah materi
pelajaran yang diberikan.
Pemberian
materi saat proses belajar mengajar menuntut banyak aspek profesionalisme
sebagai seorang guru. Guru harus dapat menjadi teladan, cerdas, berintegritas
serta tidak menjadi superperson.
Seorang guru juga diharapkan memiliki pengetahuan yang luas dan terbuka
terhadap hal baru seperti penggunaan teknologi informatika, guna menyempurnakan
kualitas belajar mengajar.
Maka,
dapat disimpulkan bahwa guru diharapkan mengerti dan menerapkan prinsip
paedagogi (seni mengajar) yang dicerminkan melalui gaya mengajar apa saja,
asalkan dengan gaya tersebut beliau mampu membuat standar dan perilaku mengajar
yang memungkinkan siswa dapat belajar dengan mudah dan benar.
BAB II HASIL WAWANCARA
1. IDENTITAS GURU
Nama : R.M.Hutagalung
Usia : 63 tahun
Mata
pelajaran yang diajarkan : Kimia
Tanggal
wawancara : 6
April 2013
Tempat
dan Waktu wawancara : Rumah Ibu
R.M.Hutagalung, pkl 19.00 WIB
2. HASIL WAWANCARA
Ibu
R.M.Hutagalung merupakan teman ibu saya, maka saya memanggil beliau dengan
sebutan ‘tante’. Wawancara ini berlangsung di kediaman Tante Hutagalung di
daerah Namorambe,Medan. Wawancara ini berlangsung pada malam hari sekitar pukul
7 malam, dikarenakan kesibukan Tante Hutagalung dengan profesinya dan
dikarenakan beliau juga memiliki beberapa kesibukan lainnya. Berikut verbatim
wawancaranya :
Agiska : Selamat malam Tante, maaf mengganggu
malam-malam begini tan..
Tante Hutagalung :
Malam nak, iya gak apa-apa. Mari masuk, nak..
Agiska : Iya tante, makasi tan.. tante, tadi Mama
sudah telepon Tante ?
Tante
Hutagalung : Iya, tadi pagi Mama kamu
sudah menghubungi Tante. Kamu mau nanya apa, nak?
Agiska : Gini Tan, giska ada tugas kampus
untuk mewawancarai guru. Tepatnya mata kuliah Paedagogi, Tan..
Tante
Hutagalung : Oh Paedagogi, iya iya..
Pertanyaan gimana rupanya,nak?
Agiska : Bagaimana pendapat Tante mengenai
pendidikan ?
Tante
Hutagalung : Menurut Tante, pendidikan
itu adalah suatu hal yang dibutuhkan manusia untuk dapat bertumbuh dan
berkembang dalam tiap aspek kehidupannya.
Agiska : Oh, jadi menurut Tante pendidikan itu
bisa sangat berguna ya Tan..
Tante
Hutagalung : Iya, benar sekali. Misalnya
begini, dengan adanya pendidikan dalam arti manusia/individu memiliki
pendidikan ia dapat menggunakannya untuk mencari pekerjaan sehingga ia tetap
dapat menjalankan kehidupannya dengan baik.
Agiska : Oh iya Tan, bener itu tan.. benar
sekali. Aplikatif sekali ya Tan fungsi pendidikan ini.
Tante
Hutagalung : iya nak.. Karena begitulah
tuntutan kehidupan jaman sekarang.
Agiska : emm, selain itu tan apa motivasi
Tante terkait dengan bidang pendidikan ini, Tan ?
Tante
Hutagalung : yah itu tadi nak, karena
manusia itu harus hidup, berkembang dan mempertahankan kehidupannya. Tante
yakin sekali setiap orang yang menerima pendidikan akan dapat mempertahankan
kelangsungan kehidupannya, yah dengan cara menggunakan apa yang sudah ia
pelajari di kehidupan sehari-hari yakni dengan bekerja dan mencari nafkah.
Agiska : Iya tan, jadi bagaimana dengan
individu yang tidak mengenyam pendidikan, Tan ?
Tante
Hutagalung : Nah, disinilah diperlukan
peran besar pemerintah dan tentu saja guru-guru seperti Tante dalam berupaya
semaksimal mungkin bagaimana menanggulangi orang-orang yang tidak mengenyam
pendidikan.
Agiska : Maksudnya bagaimana, Tan ?
Tante
Hutagalung : Begini nak, dalam mengajar
kita sebaiknya tidak berfokus terhadap apa yang kita dapatkan melainkan kita
harus berfokus pada bagaimana kita dapat benar-benar menyalurkan seluruh
pengetahuan kita terhadap peserta didik. Untuk upaya yang lebih besar, juga
sangat dibutuhkan peranan pemerintah dalam pengalokasian dana yang merata dalam
hal pendidikan, khususnya bagi masyarakat kurang mampu.
Agiska : Benar-benar terbuka sekali cara
berpikir Tante ya..
Tante
Hutagalung : Memang harus begitu nak,
jaman semakin canggih kalau masih berpikiran serba tertutup yah bagaimana mau
maju kita.
Agiska : iya Tan, benar tan,,benar sekali.
Agiska : Selanjutnya Tan, bagaimana sudut
pandang Tante sebagai seorang guru dalam melihat peserta didik ?
Tante
Hutagalung : Peserta didik atau murid
merupakan objek. Mereka adalah objek yang harus dididik tapi mereka juga harus
dilibatkan dalam proses belajar-mengajar,misalnya sebagai seorang guru tidak
boleh melulu hanya guru yang memberikan materi tetapi murid juga harus
mengutarakan pendapatnya berkaitan dengan materi.
Agiska : Oh, komunikasi dua arah ya Tan ?
Tante
Hutagalung : Iya nak, jadi prosesnya pun
ga gitu-gitu saja.. lama-lama bosan juga kalau guru terus yang bercakap-cakap
di depan.
Agiska : Ahaha, iya Tan.. murid pun bosan. Lalu
apalagi Tan ?
Tante
Hutagalung : Selain itu, mereka pun
perlu dimotivasi untuk berupaya mencari informasi berkaitan dengan materi
pelajaran.
Agiska : Informasi gimana Tan ?
Tante
Hutagalung : Yah informasi berkaitan
nak, kan sekarang udah serba canggih. Kan murid-murid bisa browsing dari
internet.
Agiska : Wah, berarti boleh bawa laptop atau menggunakan gadget ya Tan ?
Tante
Hutagalung : Ya boleh nak, jadi
informasi yang didapat pun bertambah ga hanya itu-itu saja.
Agiska : Jadi, Tante juga menggunakan fasilitas
yang mendukung ya Tan?
Tante
Hutagalung : Pastinya nak, sebagai guru
kita juga harus tau apa yang dilakukan murid kita, guru juga ga boleh kalah
majunya nak. Guru harus dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan TIK
sekarang sehingga kualitas sebagai pembimbing dan motivator pun semakin
meningkat.
Agiska : Ternyata Tante sangat-sangat
memperhatikan aspek-aspek yang dapat mendukung ya Tan..
Tante
Hutagalung : Bisa saja kamu nak, namanya
juga seorang guru. Kita bertanggung jawab atas kemajuan murid kita.
Agiska : Selanjutnya Tan, apa filosofi Tante
dalam mengajar ?
Tante
Hutagalung : Filosofi ya ? emm.. Mengajar adalah pekerjaan yang menyenangkan
karena sebagai pengajar kita menjadi pemberi yang tak pernah kehilangan.
Agiska : Benar juga ya Tan, seberapa banyak
pun ilmu yang diberikan, sebagai seorang guru tidak akan pernah merasa
kehilangan apapun.
Tante
Hutagalung : Iya nak, malahan kita bisa
saling bertukar informasi dengan murid. Tidak ada salahnya kan ?!
Agiska : Iya tan, tidak ada kata salah atau
terlambat dalam belajar.
Agiska : Pertanyaan terakhir tan, pendekatan
apa yang Tante gunakan sewaktu mengajar ?
Tante
Hutagalung : Banyak nak, ada ceramah, diskusi, praktek, hapalan dan
pemberian tugas. Kalau berdiskusi, caranya begini. Nanti ada semacam
presentasi, jadi per kelompok mencari informasi sesuai materi yang ditentukan
dan kemudian dipresentasikan di depan kelas. Nah kemudian akan ada tanya jawab.
Dengan begitu, suasana belajar-mengajar pun tidak membosankan.
Agiska : Iya ya Tan, kalau setiap kali Tante
saja yang berbicara di depan pasti membosankan.
Tante
Hutagalung : Iya nak, mana ada yang mau
dengar kalau begitu apalagi Tante mengajar anak SMA, taulah kan seperti apa.
Agiska : Iya Tan hehehe. Sepertinya Tante
benar-benar memahami bagaimana mengajar ya Tan..
Tante
Hutagalung : Ahaha, biasa saja kok nak..
Ada lagi pertanyaan kamu nak?
Agiska : Engga ada lagi Tan, itu saja. Doain
giska ya Tan, supaya bagus nilainya ehehehe..
Tante
Hutagalung : Iya nak, mudah-mudahan ya. Kalau
ada yang kurang, nanti kamu telpon aja Tante jangan sungkan-sungkan.
Agiska : Iya Tan, makasi banyak ya Tante.
Giska permisi pulang ya Tan, sampai ketemu Tante..
BAB III PEMBAHASAN
Berdasarkan
hasil wawancara pada Bab II, diketahui bahwa subjek wawancara merupakan seorang
guru yang sangat mementingkan kemajuan murid-muridnya, khususnya dengan
strategi –strategi mengajar berbasis teknologi informasi komunikasi (TIK).
Apabila dikaitkan
dengan kelima strategi mengajar pada bab
Mengajar, Ahli Pedagogi, dan Paradigma Belajar, sub bab Paradigma Belajar,
maka Ibu R.M.Hutagalung sudah menggunakan 3 dari 5 strategi yang ada yaitu :
-
Strategi 2 : Beliau menggunakan pendekatan ceramah
dan menjelaskan materi kepada murid-muridnya. Beliau menyajikan informasi yang
sudah dipersiapkan sebelumnya secara matang, agar murid-murid mudah
memahaminya.
-
Strategi 3 : Pada saat berdiskusi di kelas, beliau bersama-sama
mencari dan menemukan pemecahan masalah berkaitan dengan pelajaran kimia baik melalui
internet maupun praktik langsung di laboratorium kimia.
-
Strategi 4 : Adanya pembagian kelompok presentasi,
yang berguna untuk dapat saling mendiskusikan materi yang ada. Sehingga pada
saat dipresentasikan, kelas pun dapat mengeksplorasi pengetahuan dan materi.
Selain menggunakan
ketiga strategi mengajar diatas, Ibu R.M.Hutagalung juga memenuhi 5 kualitas
guru terbaik, yaitu :
a.
Confidence. Beliau yakin
bahwa ia dapat menangani situasi selama mengajar. Ia yakin bahwa niat yang baik
akan menghasilkan sesuatu yang baik pula. Beliau juga yakin bahwa strategi
mengajar yang ia gunakan dapat membantu meningkatkan kemauan murid untuk
belajar, terlebih lagi dengan adanya modifikasi sesuai dengan kemajuan TIK.
b.
Patience. Beliau memiliki
tingkat kesabaran yang cukup baik, mengingat murid yang ia ajar adalah remaja. Sehingga
beliau merasa perlu memahami hal-hal yang dapat menarik keinginan remaja untuk
belajar, dengan cara beliau pun mengikuti perkembangan penggunaan teknologi
dalam proses belajar-mengajar.
c.
True compassion for their students. Beliau
benar-benar terlihat mengasihi muridnya, hal itu terlihat dari banyaknya waktu
yang ia gunakan untuk mencari dan mendalami materi kimia.
d.
Understanding. Beliau
memiliki gaya mengajar yang fleksibel, tidak monoton sehingga dapat
membangunkan niat belajar murid-murid. Terlihat dari berbagai bentuk strategi
mengajar, seperti ceramah, diskusi, praktek,hapalan dan pemberian tugas.
e. The ability
to look at life in a different way and to explain a topic in a different way. Beliau tidak
menggunakan gaya mengajar yang sama di tiap pertemuan. Beliau memahami sifat
dan karakteristik remaja pada umumnya, sehingga beliau tidak memberlakukan
sistem pengajaran satu arah atau monoton yang dapat menurunkan kemauan belajar
murid-muridnya.
BAB IV KESIMPULAN
Adapun
kesimpulan berdasarkan hasil wawancara dan pembahasan diatas adalah sebagai
berikut :
1.
Pendidikan adalah suatu hal yang dibutuhkan
manusia untuk dapat bertumbuh dan berkembang dalam tiap aspek kehidupannya.
2.
Pendidikan dapat digunakan untuk mencari pekerjaan
sehingga manusia tetap dapat menjalankan kehidupannya dengan baik.
3.
Pengajar sebaiknya tidak berfokus terhadap apa
yang didapatkan melainkan berfokus pada bagaimana pengajar dapat benar-benar menyalurkan
seluruh pengetahuannyaterhadap peserta didik. Untuk upaya yang lebih besar,
juga sangat dibutuhkan peranan pemerintah dalam pengalokasian dana yang merata
dalam hal pendidikan, khususnya bagi masyarakat kurang mampu.
4.
Peserta didik atau murid merupakan objek, yang harus dididik tapi mereka
juga harus dilibatkan dalam proses belajar-mengajar,misalnya sebagai seorang
guru tidak boleh melulu hanya guru yang memberikan materi tetapi murid juga
harus mengutarakan pendapatnya berkaitan dengan materi.
5.
Murid perlu dimotivasi untuk berupaya mencari
informasi berkaitan dengan materi pelajaran, khususnya dengan memanfaatkan
kemajuan TIK yang ada. Misalnya dengan browsing dari internet sehingga
informasi pun akan semakin bertambah.
6.
Guru harus dapat menyesuaikan diri dengan
perkembangan TIK sekarang sehingga kualitas sebagai pembimbing dan motivator
pun semakin meningkat.
7.
Terdapat beberapa pendekatan yang digunakan yakni
ceramah, presentasi, diskusi, praktek, hapalan dan pemberian tugas.
8.
Komunikasi dua arah merupakan hal yang penting
dalam proses belajar- mengajar.
BAB V TESTIMONI DAN SARAN
1. TESTIMONI
·
Tugas wawancara ini melatih kemampuan saya dalam
berkomunikasi dengan orang lain, khususnya dengan tujuan mencari tahu informasi
dan sudut pandang orang lain.
·
Selain itu, wawancara ini juga mengubah persepsi
saya mengenai individu yang lebih tua dari saya. Saya mengira pasti individu
yang rentang usianya jauh diatas saya berpandangan tertutup terhadap hal-hal
baru khususnya perkembangan teknologi.
·
Terakhir, saya merasa bahagia melihat ternyata
sistem modifikasi pengajaran menjadi dua arah sudah diterapkan.
2. SARAN
·
Sebaiknya dilakukan peng- up grade-an gaya
mengajar guru-guru, khususnya melibatkan penggunaan TIK.
·
Pemerintah diharapkan melakukan penyerataan
alokasi dana sekolah, sehingga tidak ada perbedaan sistem pengajaran baik di
desa maupun kota.
BAB VI DAFTAR
PUSTAKA
Danim,
Prof. Dr. Sudarwan Danim. 2010. Pedagogi, Andragogi, dan Heutagogi. Bandung:
Penerbit Alfabet.
Langganan:
Postingan (Atom)